Selamat Datang

Senin, 28 Oktober 2013

FRASA #

A.    FRASA
1.    Pengertian Frasa
Frasa berupa kelompok kata yang tidak predikatif. Artinya, di dalam kelompok kata tersebut tidak terdapat predikat. Jadi, biar kelompok kata terdiri atas beberapa kata, selagi tidak ada predikat, kelompok kata itu masih tergolong frasa.
Misalnya:
a.    Gunung tinggi itu (sebuah frasa, satu fungsi, Subjek)
b.    Mahasiswa baru Universitas Haluoleo Kendari (sebuah frasa, satu fungsi, Subjek).
Dalam berbagai batasan para ahli, frasa selalu didefinisikan sebagai satuan bahasa yang terdiri atas dua konstituen atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi. Syarat dari dua konstituen atau lebih ini harus memiliki keterkaitan atau hubungan (terutama makna) yag erat. Konstitusi yang satu boleh menjadi inti/head dari konstituen lainnya, dan konstituen yang lain dapat menjadi atribut atau penjelas dari konstituen inti.
Dalam analisis klausa/kalimat, sebuah konstituen dapat disebut frasa apabila konstituen tersebut dapat menduduki satu fungsi kalimat, apakah fungsi subjek, predikat, objek, pelengkap, atau keterangan. Contoh:
Ayah saya sedang membaca sebuah buku di teras rumah
           S                P              O            Ket.
Frase adalah konstituen pengisi fungsi-fungsi sintaksis, maka salah satu unsur frasa itu tidak dapat dipindahkan “sendirian”. Jika ingin dipindahkan, maka harus dipindahkan secara keseluruhan sebagai satu kesatuan. Jadi, kata tidur dalam frasa di kamar tidur yang ada dalam kalimat tersebut tidak dapat dipindahkan, misalnya, menjadi kalimat *Tidur nenek membaca komik di kamar; yang mungkin ialah kalau dipindahkan keseluruhannya, seperti pada kalimat Di kamar tidur nenek membaca komik.
Berdasarkan uraian dan penjelasan tersebut, frasa dapat dicirikan sebagai berikut:
(1)    Terdiri atas dua konstituen pembentukan atau lebih yang memiliki kedekatan hubungan.
(2)    Konstituen frasa adalah kata (bukan morfem).
(3)    Hanya menduduki atau mengisi satu fungsi (slot, istilah Badudu).
(4)    Merupakan konstituen klausa.
(5)    Bagian-bagian frasa tidak boleh dipertukarkan atau dibalik susunannya
Contoh: Baju biru adik saya sangat bagus menjadi sangat bagus / baju biru // adik saya bukan bagus sangat / biru baju // saya adik.
(6)    Frasa dapat diperlukan dengan tambahan kata di depan, di tengah, atau di belakang.
Contoh: baju biru diperluas dengan
           Baju yang biru
           Sehelai baju biru atau baju biru muda.
2.    Penjenisan Frasa Berdasarkan Distribusi Konstituen
a.    Frasa Eksosentris
Frasa eksosentris adalah frasa yang tidak mempunyai hulu atau inti.
Contoh:
a.    Di tanah kelahirannya
b.    Setelah besar
c.    Dengan pinsil
d.    Karena rajin
Perhatikan contoh pemakaiannya dalam kalimat berikut ini:
1.    Ia membangun rumah di tanah kelahirannya
Frasa di tanah kelahirannya merupakan jenis frasa eksosentris. Kalau begitu frasa itu tidak memiliki inti/head. Artinya, unsur-unsurnya tidak bisa dilesapkan. Buktinya:
a.    *Ia membangun rumah di.
b.    *Ia membangun rumah tanah kelahirannya.
Kedua konstruksi itu tidak berterima karena menghilangkan salah satu unsur frasa. Itulah ciri frasa eksosentris. Karakter frasa di tanah kelahirannya berlaku pula bagi frasa setelah pukul empat sore, dengan pinsil, karena rajin. Buktinya:
2.    Kamu bisa jago bermain bola setelah besar.
3.    *Kamu bisa jago bermain bola setelah.
4.    *Kamu bisa jago bermain bola besar.
5.    Tulis kalimat ini dengan pinsil.
6.    *Tulis kalimat ini dengan.
7.    *Tulis kalimat ini pinsil.
Konstruksi nomor 3, 4, 6, 7, tidak berterima karena menghilangkan salah satu unsur frasanya. Itu sebagai tanda bahwa unsur frasa eksosentris tidak memiliki inti /kepala atau head.
Frasa yang konstituen pusatnya tidak mampu berdistribusi sama dengan frasa yang dibentuknya disebut frasa eksosentris. Kategori/kata yang mengisi frasa eksosentris yang biasanya berupa preposisi dan konjungsi. Karena itu biasa disebut frasa preposisional dan frasa konjungsional. Frasa preposisional merupakan frasa yang terdiri atas preposisi dan konstituen lain berupa N/pronomina. Contoh:
•    Perkara itu telah dibawa ke meja hijau
•    Mereka sedang menuju ke terminal bus
Frasa konjungsional berawal dari konstituen konjungsional dan diikuti konstituen lain yang berupa kata atau frasa atau frasa berkategori lain. Contoh:
•    Anak itu membelah kayu dengan kapak
•    Kain ini saya beli untuk ibu saya
•    Saya bekerja sampai sore hari
Di samping pembagian di atas, Badudu (1986:8) membagi frasa eksosentris menjadi dua, yaitu frasa eksosentris objektif dan frasa eksosentris direktif. Frasa eksosentris objektif, seperti pada konstruksi berikut.

•    Supir itu menghentikan kendaraannya.
*Supir itu menghentikan (apa ?)
*Supir itu kendaraannya. (?)
•    Paman tidak dapat memenuhi permintaanku.
*Paman tidak dapat memenuhi. (apa?)
*Paman tidak dapat permintaanku. (?)
Frasa eksosentris direktif sama seperti uraian dalam frasa preposisional dan konjungsional. Misalnya, ke toko dalam konstruksi berikut.
•    Ayah pergi ke toko.
*ayah pergi ke. (mana?)
*ayah pergi toko. (?)

b.    Frasa endosentris
Frasa endosentris adalah frasa yang konstituen intinya berkategori sama dengan kategori seluruh frasa. Artinya, salah satu komponennya itu dapat menggantikan kedudukan keseluruhannya. Misalnya, sedang membaca dalam kalimat “Nenek sedang  membaca komik di kamar” komponen keduanya yaitu membaca dapat menggantikan kedudukan frasa tersebut, sehingga menjadi kalimat “Nenek membaca komik di kamar”.
Contoh lain, frasa mahal sekali dalam kalimat “Harga buku itu mahal sekali” dapat digantikan oleh komponen pertamanya, yaitu mahal, sehingga menjadi kalimat “Harga buku itu mahal”.
Frasa endosentrik ini lazim juga disebut frasa modifikatif karena komponen keduanya, yaitu komponen yang bukan inti atau hulu (Inggris head) mengubah atau membatasi makna komponen inti atau hulunya itu. Umpamanya, kata membaca yang belum diketahui kapan terjadinya, dalam frasa sedang membaca dibatasi makna oleh kata sedang sehingga maknanya itu menjadi ‘perbuatan membaca itu tengah berlangsung’. Begitu juga kata sekali dalam frasa mahal sekali membatasi makna kata mahal yang masih umum akan tingkat kemahalannya menjadi tertentu. Jadi, komponen kedua dari frasa itu (komponen pertamanya yang menjadi inti frasa) memodifikasi makna komponen intinya. Perlu dijelaskan, letak komponen inti bisa pada posisi depan, seperti pada frasa mahal sekali, merah jambu, dan gadis cantik; tetapi dapat pula pada posisi belakang, seperti sedang membaca, sangat lincah, dan seekor kucing.
Selain itu frasa endosentrik ini lazim juga disebut frase subordinatif  karena salah satu komponennya, yaitu yang merupakan inti frasa berlaku sebagai komponen atasan, sedangkan komponen lainnya, yaitu komponen yang membatasi, berlaku sebagai komponen bawahan. Sejalan dengan posisi komponen intinya, maka komponen atasan itu bisa terletak di sebelah depan, bisa juga di sebelah belakang. Perhatikan contoh berikut, serta arah panahnya!
         sedang           membaca    mahal               sekali
   
    teh                 celup    sebuah              novel

Frasa yang potensial untuk menjadi frasa endosentris adalah frasa nominal, frasa verbal, frasa adjektival, dan frasa numeral. Berikut contoh-contoh frasa endosentrik.
1.    Ladang itu ditanami jagung,
2.    Karyawan kantor itu sedang berlibur,
3.    Rumah saya dekat sekali,
4.    Saudaraku enam orang.
Konstruksi yang dicetak miring tersebut termasuk frasa endosentris berupa frasa nominal, frasa verbal, frasa adjektifal, dan frasa numeral, karena inti dari frasa tersebut berupa N ladang, V berlibur, Adj dekat, dan Num. enam. Untuk membuktikan hal itu, perhatikan konstruksi berikut ini.
(1a) Ladang ditanami jagung
        *itu ditanami jagung
(2a) Karyawan kantor itu berlibur
        *Karyawan kantor itu sedang
(3a) Rumah saya dekat
          *Rumah saya sekali
(4a) saudaraku enam
        *Saudaraku orang
Frasa endosentris dibedakan atas tiga kategori, yaitu (1) frasa endosentris koordinatif, (2) frasa endosentris atributif, (3) frasa endosentris apositif.
1.    Frasa Endosentris Koordinatif
Frasa endosentris koordinatif adalah frasa yang konstituen-konstituennya memiliki kedudukan setara. Frasa endosentris koordinatif dapat diisi oleh kategori nomina, verba, atau adjektiva, seperti pada contoh berikut.
(1)    Ibu bapak anak itu baik sekali
(2)    Anda boleh makan minum di sini
(3)    Badan orang itu besar tinggi.
Konstituen-konstituen frasa yang dicetak miring pada ketiga konstruksi tersebut semuanya merupakan inti sehingga dapat berdistribusi sama dengan distribusi seluruh frasa. Dengan demikian frasa pada konstruksi (1 s.d. 3) dapat diurai sebagai berikut.
(1a) Ibu anak itu baik sekali atau bapak anak itu baik sekali.
(2a) Anda boleh makan di sini atau Anda boleh minum di sini.
(3a) Badan orang itu besar atau Badan orang itu tinggi.
Selain itu, definisi lain dari frase koordinatif adalah frase yang komponen pembentuknya terdiri dari dua komponen atau lebih yang sama dan sederajat, dan secara potensial dapat dihubungkan oleh konjungsi koordinatif, baik yang tunggal seperti dan, atau, tetapi, maupun konjungsi terbagi seperti baik...baik, makin...makin, dan baik...maupun... . frase koordinatif ini mempunyai kategori sesuai dengan kategori komponen pembentuknya. Contoh: sehat dan kuat, buruh atau majikan, makin terang makin baik, dan dari, oleh, dan untuk rakyat.
Frase koordinatif yang tidak memnggunakan konjungsi secara eksplisit, biasanya disebut frase parataksis. Contoh hilir mudik, tua muda, pulang pergi, sawah ladang, dan dua tiga hari.
2.    Frasa Endosentris Atributif
Frasa endosentris yang atributif memiliki anggota yang kedudukannya tidak sama. Ada anggota frasa yang menduduki konstituen inti dan ada anggota frasa yang berposisi sebagai atribut (bukan inti). Perhatikan contoh berikut.
(1)    Tukang itu membuat kursi kayu
(2)    Rumah itu dicat
(3)    Penjual sayur berkeliling setiap pagi
Konstituen inti dari frasa tersebut adalah kursi, rumah, dan pedagang, yang lainnya sebagai atribut. Selengkapnya, dapat dilihat berikut ini.
(1a) Tukang itu membuat kursi
         *tukang itu membuat kayu
(2a) Rumah saya dicat
          *itu dicat
(3a) Penjual berkeliling setiap pagi
         *sayur berkeliling setiap pagi
3.    Frasa Endosentris Apositif
Frasa endosentris apositif mirip dengan frasa endosentris atributif. Konstituen penjelas adalah frasa yang apositif. Konstituen apositif merupakan konstituen yang berkedudukan sebagai penjelas tambahan. Dalam  pengucapan, konstituen yang bertindak sebagai tambahan itu ditandai oleh jeda sebagai pembatas inti dan tambahan. Dalam bahasa tulis, pembatas itu ditandai oleh tanda koma. Perhatikan contoh berikut.
(1)    Muhammad, nabi yang terakhir itu, wafat di Madinah.
(2)    Kendari, ibukota Propinsi Sulawesi Tenggara memiliki wilayah yang luas.
Konstituen yang dicetak miring tergolong frasa endosentris apositif sehingga dapat saling mengganti.
(1a) Muhammad wafat di Madinah
(1b) Nabi yang terakhir itu wafat di Madinah
(2a) Kendari memiliki wilayah yang luas
(2b) Ibukota Propinsi Sultra memiliki wilayah yang luas
Catatan penting:
Konstruksi yang tidak berterima diberi tanda bintang (*). Jadi, kalau melihat tanda bintang dalam linguistik, itu menandakan bahwa bentuk konstruksi itu tidak berterima atau ungrammatika.




SUMBER MATERI
Materi Pokok Perkuliahan SINTAKSIS BAHASA INDONESIA                     Oleh Drs. La Yani Konisi, M. Hum
Chaer, Abdul. 2007. LINGUISTIK UMUM. Jakarta: Rineka Cipta
Marafad, La Ode Sidu dan Nirmala Sari. 2011. MUTIARA BAHASA. Yogyakarta: Pustaka Puitika.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar